Senin, 10 Maret 2014

KESETIMBANGAN LARUTAN



KESETIMBANGAN
LARUTAN
  • Kelarutan (solubility) adalah jumlah maksimum   suatu zat yang dapat larut dalam suatu pelarut.
  • Satuan kelarutan umumnya dinyatakan dalam gramLˉ¹ atau molL ˉ¹ (M)
Besarnya kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh beberapa faktor  yaitu
JENIS PELARUT
  • Senyawa polar (mempunyai kutub muatan) akan mudah larut dalam senyawa polar.Misalnya gula, NaCl, alkohol, dan semua asam merupakan senyawa polar.
  • Senyawa non polar akan mudah larut dalam senyawa non polar,misalnya lemak mudah larut dalam minyak.Senyawa non polar umumnya tidak larut dalam senyawa polar,misalnya NaCl tidak larut dalam minyak tanah.
SUHU
  • Kelarutan zat padat dalam air semakin tinggi bila suhunya dinaikkan. Adanya panas (kalor) mengakibatkan semakin renggangnya jarak antara molekul zat padat tersebut. Merenggangnya jarak antara molekul zat padat menjadikan kekuatan gaya antar molekul tersebut menjadi lemah sehingga mudah terlepas oleh gaya tarik molekul-molekul air
Hasil kali kelarutan (Ksp) dinyatakan sebagai hasil kali ion-ion (satuan Molar) dalam larutan jenuhnya, dengan masing-masing konsentrasi berpangkatkan bilangan koefisiennya.

belum mengendap ; bila [Ag+ ] [Cl- ]  < Ksp.AgCl
tepat jenuh       ; bila    [Ag+ ] [Cl- ]   =   Ksp.AgCl
telah mengendap          ; bila    [Ag+ ] [Cl- ]   >   Ksp.AgCl.

Maka pengaruh adanya ion sejenis adalah :
memperkecil kelarutan zat yang sukar larut, dan
makin besar konsentrasi ion sejenis, makin kecil kelarutannya

FORMAT PENULISAN LAPORAN FAKULTAS TEKNOBIOLOGI UNIVERSTIAS ATMA JAYA YOGYAKARTA 2014

FORMAT PENULISAN LAPORAN
FAKULTAS TEKNOBIOLOGI
UNIVERSTIAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2014
A.  Jenis dan Ukuran Kertas
(jelas)
Kertas A4 (Panjang 29,7 cm dan lebar 21 cm).
B.  Format Penulisan
1.  Huruf pada halaman judul
(jelas)
2.  Huruf pada naskah
(jelas)
3.  Bilangan dan satuan
(jelas)
4.  Jarak antar baris
(jelas)
5.  Baris tepi
Pengisian ruang kertas harus penuh dan dibuat sedemikian rupa sehingga
jarak dari:
a.  Tepi atas    : 4 cm
b.  Tepi bawah  : 3 cm
c.  Tepi kiri    : 4 cm
d.  Tepi kanan  : 3 cm
6.  Alinea baru
(jelas)
7.  Permulaan kalimat
(jelas)
8.  Catatan kaki
(jelas)
9.  Bab, Sub-bab, Sub-subbab
a.  Bab  :  ditulis simetris di tengah, dengan jarak 4 cm dari
tepi atas, semua huruf ditulis dengan huruf kapital
tanpa diakhiri titik. Judul Bab sebaiknya dicetak
tebal dengan huruf yang lebih besar dari  times
new roman  font 12 dan langsung dimulai dengan
angka Romawi.
Contoh:
I. PENDAHULUAN
b.  Sub-bab  :  ditulis dari batas kiri dan setiap suku kata diawali
dengan huruf besar, kecuali kata penghubung atau
kata depan tanpa diakhiri titik. Kalimat pertama
sesudah sub-bab dimulai dengan alinea baru.
Contoh:
C.  Latar Belakang
c.  Sub-sub-bab  :  ditulis dari batas kiri dan hanya huruf pertama
judul sub-sub-bab yang ditulis dengan huruf besar
dan tanpa diakhiri titik. Kalimat pertama sesudah
sub-subbab dimulai dengan alinea baru.
Contoh:
B.  Cara Kerja
1.  Pembuatan medium
10.  Rincian ke bawah
Jika pada penulisan naskah ada rincian yang harus disusun ke bawah,
gunakan nomor urut dengan angka atau huruf sesuai dengan derajat
rinciannya. Penggunaan tanda simbol seperti : *, #, -, ^, •, dan lain-lain
tidak diperkenankan.
11.  Penomoran
(jelas)
12.  Persamaan atau rumus
(jelas)
C.  Penomoran
1.  Halaman
(jelas)
2.  Gambar dan Tabel
(jelas)
D.  Tabel dan Gambar
Tabel dan gambar dibuat sedmikian rupa dan harus terletak di belakang
kalimat yang  mengacunya, tetapi apabila tabel atau gambar terlalu besar dan
ruang halaman tidak mencukupi, maka dapat diletakkan pada halaman
berikutnya.
Keterangan: Penomoran tabel dan gambar tidak dibedakan bab, semuanya
urut dari awal hingga akhir dengan angka arab (1,2,3 dan seterusnya)
1.  Tabel
a.  Nomor tabel yang diikuti judul ditempatkan di atas tabel, sejajar
dengan sebelah kiri tabel, tanpa diakhiri titip dengan format rata kanan
kiri (justify). Judul harus memuat informasi isi tabel secara
keseluruhan.
Contoh:
Tabel 1. Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteri E. coli dan B.
subtilis
Suhu
Pertumbuhan
E. coli  B. subtilis
4 °C  -  ++
37 °C  +++  +++
55 °C  -  -Keterangan: - tidak ada; + sedikit; ++ sedang; +++ banyak
Penulisan data dalam tabel dibuat proporsional,  diletakkan di tengah
tabel .  Tabel tidak boleh dipenggal, kecuali sangat panjang, sehingga
tidak dapat ditulis dalam satu halaman. Pada halaman lanjutan tabel,
dicantumkan kata lanjutan tabel … tanpa judul. Juka tabel terlalu
panjang atau lebih dari 2 halaman dan dianggap mengganggu isi
naskah, maka diletakkan di lampiran.
b.  (jelas)
c.  (jelas)
d.  (jelas)
e.  (jelas)
2.  Gambar
Gambar diletakkan di tengah, dan ditampilkan beserta sumbernya.
Keterangan gambar dapat diletakkan pada ruang kosong disebalah kanan
gambar atau pada judul gambar.
Gambar 1. Reaksi dekarboksilasi lisin menjadi cadaverine oleh lisin
dekarboksilase (Lord dan Bralley, 2008)
E.  Bahasa, Kalimat dan Tulisan Ilmiah
(Jelas)
F.  Sitasi Pustaka
Semua pernyataan atau keterangan yang dikutip atau disitasi dalam naska h
harus dicantumkan sumbernya.
Sistematika penulisan sitasi dan daftar pustaka menggunakan bahasa
Indonesia (dan, dkk., edisi, hal., dan lain-lain)
1.  Nama penulis dalam naskah.
a.  Penulis yang karyanya diacu dalam uraian naskah hanya
disebutkan nama akhirnya, diikuti  koma dan tahun.
Contoh: 
Menurut Calvin (1978) …
b.  Jika penulis terdiri dari dua orang, maka keduanya dicantumkan
denan kata penghubung dan.
Contoh:
Pinolisis ampas tebu (Othmer dan Fernstorm, 1943) menghasilkan

c.  Jika penulis lebih dari dua orang, maka ha nya nama akhir penulis
pertama yang dicantumkan diikuti dengan kata dkk.
Contoh:
Bensin dibuat dari methanol (Meisel dkk., 1976).
d.  Setelah nama penulis diberi tanda koma dan diikuti tahun.
2.  Nama penulis dalam daftar pustaka
a.  Semua penulis (tanpa kecuali)  harus dicantumkan namanya, tidak
diperkenankan menggunakan kata dkk.
b.  Format penulisan rata kanan kiri (justify) dengan baris kedua dan
seterusnya menjorok sejauh 1 tab (1,25 cm)
c.  Urutan penulisan untuk buku adalah  Nama. Tahun. Judul buku
(miring) edisi. Penerbit, Lokasi Publikasi.
Contoh:
O’Brien, J.A. dan  Marakas, J.M. 2011.  Management Information
Systems  edisi ke-10. McGraw-Hill, New York.
d.  Urutan penulisan untuk jurnal adalah  Nama. Tahun. Judul
Jurnal. Nama Jurnal (miring) Volume (Nomor): Halaman.
Keterangan:
i.   Penulisan ilmiah seperti nama marga dan spesies tetap miring.
ii.   Penulisan judul jurnal menggunakan  Sentence case  (huruf
kapital hanya pada huruf pertama pada awal kalimat)
Contoh:
Frank, J.F. 1988. Enteropathogenic  Escherichia coli.  Journal of
Food Technology 42 (4): 192-193.
Hill, P. G. dan Wells, T. N. 1983. Bromocresol purple and the
measurement of albumin:  Falsely high plasma albumin
concentrations eliminated by increased reagent ionic
strength.  Annals of Clinical Biochemistry 20 (5): 264-270.
e.  Urutan penulisan untuk referensi internet adalah  Nama. Tahun.
Judul (miring). Alamat URL (lengkap).  Tanggal  bulan tahun
diakses.
Contoh:
Johnson, J.R., Murray, A.C., Kuskowski, M.A., Schubert, S.,
Prere, M.F., Picard, B., Colodner, R. dan Raz, R. 2005.
Distribution and characteristics of Escherichia coli clonal
group A.  http://wwwnc.cdc.gov/eid/article/11/1/pdfs/04-0418.pdf. 12 Februari 2014.
f.  Urutan penulisan untuk chapter dalam buku adalah Nama. Tahun.
Judul Chapter. Dalam: Nama Editor.  Judul buku (miring)
edisi, halaman. Penerbit, Lokasi Publikasi.
Contoh:
Truper, H.G. 2001. Etymology in Nomenclature of Prokaryotes.
Dalam: Boone, D.R. dan Castenholz, R.W. (eds).  Bergey’s
Manual of Systematic Bacteriology  edisi ke-2, hal. 253-287.
Springer-Verlag, New York.
g.  Urutan penulisan untuk skripsi/tesis/disertasi adalah  Nama.
Tahun. Judul.  Naskah Skripsi S-1/Tesis S-2/Disertasi S-3
(miring). Fakultas Universitas, Lokasi publikasi.
Contoh:
Kerans, F.F.A. 2011.  Optimasi lama waktu maserasi dan volume
metanol terhadap aktivitas antibakteri ekstrak  Padina  sp.
(Linn.)  pada  Klebsiella pneumonia  MGH 78578,
Staphylococcus aureus  SNCC 0047, dan  Bacillus subtilis
SNCC 0061.  Naskah Skripsi S-1. Fakultas Teknobiologi
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta.
h.  Urutan penulisan untuk seminar/konferensi adalah  Nama.  Tahun.
Judul. Di dalam: Nama seminar/konferensi. Tanggal.  Lokasi.
Halaman.
Contoh:
Michael, R. 2011. Integrating innovation into enterprise
architecture management. Dalam:  Proceeding on Tenth
International  Conference on Wirt-schafts Informatik. 16-18
Februari 2011. Zurich. Hal. 776-786.
i.   Urutan penulisan untuk sumber terbitan organisasi adalah
Organisasi.  Tahun. Judul (miring)  edisi. Penerbit, Lokasi
Publikasi.
Contoh:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,  Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa. 1996.  Kamus Besar Bahasa
Indonesia edisi ke-2. Balai Pustaka, Jakarta.
j.   Urutan penulisan untuk sumber koran adalah  Nama. Tanggal
Bulan Tahun. Judul. Koran (Miring): Halaman (kolom).
Contoh:
Budiarso, I.T. 24 Desember  1995. Suami Mandul dan Menurun
Keperkasaannya: Akibat Pencemaran Mitotoksin dan
Pestisida? Kompas: 11 (kolom 6-8).
k.  Penulisan halaman pada sumber buku (opsional) dapat diletakkan
di akhir dengan format Hal. halaman-halaman.
Contoh:
Rajkowski, K.T. dan Bennett, R.W. 2003. Bacillus cereus. Dalam:
Miliotis, M.D. dan Bier, J.W. (Editor)  International
Handbook of Foodborne Pathogens. Marcel Dekker, New
York. Hal. 27-39.
l.   Untuk artikel yang belum pernah dibaca sendiri oleh penulis dan
diacu dari suatu sumber (pustaka sekunder), nama pengarang dan
tahun penerbitan aslinya ditulis dan dipisahkan denngan spasi
dengan kata “diacu dalam” yang dicetak miring, diikuti nama
pengarang dan tahun penerbitan pustaka sekunder.
Contoh:
Powell (1958) diacu dalam Forbes (1972) …  atau …(Powel,
1958 diacu dalam Forbes, 1972).
Selanjutnya dalam Daftar Pustaka kedua artikel ini harus
dicantumkan. Dalam menulis karya tulis ilmiah, pengacuan
terhadap pustaka yang tidak pernah dibaca sendiri sangat tidak
dianjurkan.
m.  Jarak antar penulis  dalam daftar pustaka adalah 2 spasi, dan jarak
antar baris adalah 1 spasi (opsional)
n.  Penulis dalam daftar pustaka dibuat urut berdasarkan abjad (al-phabetically)
3.  Nama penulis lebih dari satu suku kata
(jelas)
4.  Nama dengan garis penghubung
(jelas)
5.  Nama yang diikuti dengan singkatan
(jelas)
6.  Derajad kesarjanaan tidak perlu dicantumkan.
(jelas)
7.  Nama ilmiah
(jelas)

Minggu, 09 Maret 2014

sistem pertahanan hewan belut listrik (electric eel) :\



SISTEM PERTAHANAN HEWAN
“ BELUT LISTRIK “



 
Disusun oleh               : Muryaningsih (130801400)
Mata kuliah                 : Biologi Umum
Dosen pengampu        : LM Ekawati Purwijantiningsih, S.Si.M.Si

UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA
2013

A. Klasifikasi Ilmiah Belut Listrik
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas Super: Osteichthyes
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Gymnotiformes
Famili: Gymnotidae
Genus: Electrophorus
Spesies: E. electricus
Nama binomial: Electrophorus electricus
B. Gambaran Umum Belut Listrik
Belut Listrik banyak ditemukan di daerah Amazon, Amerika Selatan. Panjangnya bisa mencapai 1-2 meter, dan beratnya bisa mencapai 20 kg. Bentuk tubuh belut listrik, hampir 7/8 bagian tubuhnya berupa ekor. Belut listrik biasanya berbentuk silinder dan bewarna abu-abu, hitam, coklat atau hijau tua. Karena gigi mereka yang kurang biasanya belut listrik menelan mangsanya secara langsung. Mata belut listrik sangat kecil. Ia tidak bisa melihat dengan baik. Penglihatannya sangat buruk, tetapi ia memiliki lubang lubang kecil di kulitnya. Lubang lubang itu berguna sebagai sensor untuk mengetahui dimana mangsa berada. Sistem pertahanan yang dimiliki belut listrik adalah adanya tegangan listrik didalam tubuhnya.
C. Mekanisme Pertahanan
Belut listrik mampu mengendalikan besarnya tegangan listrik yang dihasilkan tergantung keperluan. Belut ini menghasilkan pancaran listrik dalam suatu alat khusus di ekornya. Belut listrik menggunakan ujung ekornya sebagai kutub positif baterai dan ujung kepala bertindak sebagai kutub negatif. Listrik ini dipancarkan melalui ribuan pori-pori di punggungnya Melepaskan sekitar 600 volt listrik ke predator. Namun hewan lain tidak terganggu karena mereka tidak bersentuhan langsung dengan ekor dan kepala belut.
D. Senyawa Dalam Belut Listrik
Mempunyai bentuk organ listrik seperti piringan kecil yang memproduksi lendir disebut elektrosit, tersusun dan menyatu di bagian atas dari susunan lain yang sejajar. Pada umumnya, semua piringan menghadap arah yang sama yang memuat 150 atau 200 piringan setiap susunannya. Prinsip kerja piringan listrik ini secara efektif mengubah sel-sel seakan seperti baterai-baterai kecil berupa lempengan-lempengan kecil yang horizontal dan vertikal (5000 buah). Tegangan listrik tiap baterai kecil ini tidak besar, tetapi jika semua baterai dihubungkan secara berderet (seri), akan diperoleh tegangan listrik sekitar 650 volt.
Ketika ikan beristirahat, otot-otot yang tidak berhubungan belum aktif. Namun jika menerima pesan dari saraf, akan segera bekerja secara serentak untuk mengeluarkan daya listrik. Pada saat itu, voltase semua piringan listrik atau elektrosit menyatu, sehingga mampu menghasilkan daya listrik sampai 650 volt. Ujung ekor bertindak sebagai kutub positif baterai dan ujung kepala bertindak sebagai kutub negatif. Arus listrik sekitar 1 ampere yang ditimbulkan oleh tegangan listrik yang tinggi ini akan mengalir dan membunuh mangsa.
E. Reaksi Belut Terhadap Musuh
Sebenarnya belut listrik tidak agresif. Untuk navigasi, tegangan listrik yang dikeluarkan kecil. Dia bahkan mampu mengatur kekuatan panel-panel listrik pada tubuhnya untuk mendapat tegangan listrik kecil dan tegangan listrik besar sesuai kebutuhannya. Tetapi ketika bertemu musuh atau mangsanya, akan memberikan tegangan semaksimal mungkin melalui kepala dan ekornya yang ditempelkan pada tubuh musuh atau mangsanya itu. Ia akan menghasilkan kejutan listrik secara maksimal ketika terkejut atau  terganggu.
Saat terganggu, ia mampu menghasilkan guncangan listrik terputus-putus selama satu jam lebih secara terus menerus. Belut listrik mampu membunuh pemangsanya dengan memberi mereka kejutan listrik dari jarak 2 meter. Untuk itu, ia butuh energi yang besar. Tapi tak butuh waktu lama untuk menghasilkan listriknya, cukup dua hingga tiga per seribu detik.
DAFTAR PUSTAKA
Very. 2012. 7 Hewan Yang Mempunyai Kekuatan Listrik Mematikan. http://lukevery.blogspot.com/2012/01/7-hewan-yang-mempunyai-kekuatan -listrik.html  ( 5 Desember 2013)
Isnaeni, Wiwi. 2006.  Fisiologi Hewan . Penerbit Kanisius, Yogyakarta.



Sabtu, 08 Maret 2014

LAPORAN AKHIR BIOPROSPEKSI DAN KEWIRAUSAHAAN BAKSO BELAY (BELALANG-AYAM)



LAPORAN AKHIR BIOPROSPEKSI DAN KEWIRAUSAHAAN
BAKSO BELAY (BELALANG-AYAM)






Disusun Oleh               : Maria Esalfa Roosari ( 130108393 )
    Muryaningsih ( 130801400 )
    Trifonia javalin (130801417 )
Dosen Pengampu         : Drs. B. Boy Rahardjo Sidharta, M.Sc.


UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2013


ABSTRAK
Orang Indonesia sebagian besar mempunyai masalah dengan asupan gizi, salah satu diantaranya protein.  Malnutrisi protein mengkontribusi hampir 50% dari kematian anak-anak balita di seluruh negara berkembang. Penyakit kwashiorkor, marasmus, kanker payudara, kanker usus besar, penyakit jantung adalah contoh penyakit yang diakibatkan kekurangan protein. Kenyataan itulah yang membuat kami tergerak untuk berinovasi melakukan pengolahan makanan tinggi dengan memanfaatkan sumber daya alam. Pada bakso goreng belay ini digunakan 2 bahan utama yaitu belalang dan daging ayam. Kandungan belalang Protein 62,2 %, Karbohidrat, Vitamin A, B, B1, B2, B6, E, dan C, Kalsium, magnesium, sodium dan  fosfor, zat besi dan  zinc. Kandungan ayam Sumber energi, Sumber protein, lemak, dan karbohidrat, Kalsium, Fosfor, Zat besi, Vitamin A, C, E.

I.         PENDAHULUAN
A.           Latar belakang
Orang Indonesia sebagian besar mempunyai masalah dengan asupan gizi, salah satu diantaranya protein.  Malnutrisi protein mengkontribusi hampir 50% dari kematian anak-anak balita di seluruh negara berkembang. Penyakit kwashiorkor, marasmus, kanker payudara, kanker usus besar, penyakit jantung adalah contoh penyakit yang diakibatkan kekurangan protein. Namun, karena kondisi ekonomi masyarakat Indonesia yang cenderung rendah, masyarakat tidak dapat mencukupi asupan gizi mereka dengan baik.
Protein sebenarnya didapat dari berbagai makanan yang harganya relatif murah. Pandangan masyarakat yang menganggap bahwa makanan dengan harga mahal adalah makanan yang mengandung banyak gizi, menyebabkan mereka tidak memperdulikan berbagai makanan sederhana yang dapat ditemukan dari lingkungan hidup sekitar dan bahkan kandungan gizi termasuk kandungan proteinnya jauh lebih besar.
B.            Rumusan masalah
1.    Kurangnya asupan gizi protein pada kebanyakan masyarakat Indonesia
2.    Belalang yang kaya akan protein masih belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh masyarakat
3.    Konsep penyajian produk yang kreatif sehingga meningkatkan selera konsumen
C.            Tujuan program
1.    Memperkenalkan kepada masyarakat akan manfaat dan kandungan belalang
2.    Meningkatkan nilai jual belalang sebagai makanan yang layak dikonsumsi dan bergizi tinggi
3.    Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya hayati yang ada dilingkungan sekitar
4.    Membantu mencukupi kebutuhan protein dalam tubuh
D.           Luaran yang diharapkan
Diharapkan dengan berwirausaha bakso belay dapat melatih soft skill mahasiswa dalam berwirausaha dengan memanfaatkan kekayaan alam dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam. Kegiatan ini juga membantu mahasiswa berfikir kreatif namun tetap berfikir kritis akan perkembangan dunia modern.
E.            Kegunaan program
Penambahan belalang pada bakso goreng bertujuan untuk meningkatkan nilai gizi protein pada bakso. Sangat cocok untuk dikonsumsi anak anak yang sedang dalam proses pertumbuhan. Dalam produk ini terkandung protein yang membantu pertumbuhan, perkembangan sel dan jaringan, regenerasi sel, mengatur kerja hormon dan enzim, mencegah malnutrisi pada balita.


II.      TINJAUAN PUSTAKA

A.           Gambaran Umum Rencana Usaha
Keunggulan produk ini adalah dengan terciptanya makanan baru yaitu bakso goreng belalang-ayam dapat menggugah minat konsumen untuk mencoba cita rasa dari belalang tersebut. Kandungan gizi yang cukup banyak apabila dibandingkan dengan bakso goreng lain, dapat membuat konsumen dapat lebih tertarik dan berminat untuk  mengkonsumsi bakso belalang.
Kelemahannya banyak orang yang beranggapan buruk ketika mendengar bakso yang terbuat dari belalang. Seekor serangga hama yang bagi beberapa kalangan dianggap tidak layak dikonsumsi. Halangan lain adalah banyak orang yang mengira bahwa bakso goreng ini akan menimbulkan alergi, terutama bagi yang mempunyai alergi terhadap serangga dan protein tinggi, walaupun sudah dijelaskan bahwa bakso goreng ini dijamin tidak membuat alergi karena telah dicampur dengan daging ayam.
Penentuan harga jual ditentukan Rp 4.000,00 untuk tiap kemasan yang berisi 6 butir bakso goreng. Hal ini dipertimbangkan bahwa sasaran utama produk bakso belalang adalah masyarakat dan mahasiswa, sehingga dengan harga jual yang tidak terlalu tinggi akan membantu memperlancar proses penjualan. Namun, harga tersebut juga ditentukan berdasarkan perhitungan dengan biaya produksi bakso belalang, sehingga telah diperhitungkan berapa besar keuntungan yang akan diperoleh. 



III.   METODE PENDEKATAN

Promosi akan dilakukan dengan cara diberitahukan melalui lisan dan tulisan. Promosi dengan lisan berarti secara langsung menyebarluaskan berita dari mulut ke mulut. Sedangkan promosi untuk tulisan bisa digunakan poster atau brosur. Sasaran awal dalam mempromosikan produk ini adalah dengan dijual kepada mahasiswa di lingkungan kampus 2 Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan juga kepada teman kost di daerah babarsari. Apabila dengan berjualan ke mahasiswa dan teman telah laku dan padat diterima dengan baik maka akan diperluas lagi ke masyarakat daerah babarsari.



IV.   PELAKSANAAN PROGRAM

A.           Waktu dan tempat pelaksanaan
1.    Pelaksanaan pembuatan
Hari, Tanggal
Minggu dan Jumat, 24 dan 29 november 2013
Tempat
Asrama Kost Putri, Kompleks Dirgantara 2 nomor 2, Sleman, Yogyakarta 55281
2. pelaksanaan penjualan
Hari, Tanggal
Senin dan Jumat, 25 dan 29 november 2013
Tempat
Kampus 2 Universitas Atma Jaya Yogyakarta

B.            Tahapan Pelaksanaan / jadwal Faktual pelaksanaan
Hari, Tanggal
Waktu
Tempat
Keterangan
Jumat , 22 November 2013
09.00 – 13.00
Gunungkidul
Perjalanan membeli belalang
Minggu, 24 november 2013
06.00-07.00
Pasar Pathuk YK
Belanja Ayam
13.00 – 15.00
Citrouli, Mirota kampus Babarsari
Belanja Bahan
18.30- 19.30
Asrama Kost Putri, Kompleks Dirgantara 2 nomor 2
Pembuatan Adonan
Senin , 25 November 2013
04.00-05.30
Asrama Kost Putri, Kompleks Dirgantara 2 nomor 2

Menggoreng adonan bakso
05.30- 06.30
Pengemasan produk
09.00 – 13.00
kampus 2 Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Penjualan
Kamis, 28 November 2013
06.00-07.00
Pasar Pathuk YK
Membeli Daging ayam
09.00-12.00
Gunungkidul
Membeli belalang
17.00-18.00
Mirota Kampus Babarsari
Beli bahan
Jumat, 29 November 2013
03.00-04.00
Asrama Kost Putri, Kompleks Dirgantara 2 nomor 2
0000000
Pembuatan adonan
04.00-05.30
Menggoreng adonan bakso
05.30- 06.30
Pengemasan produk
08.00-10.00
kampus 2 Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Penjualan
12.00-13.30

C.            Instrumen pelaksanaan
Alat
Blender daging, blender bumbu, wajan, kompor, baskom, mangkok, staples, spatula, penyaring, pembungkus mika, plastik, tusuk gigi, gunting, pisau
Bahan
Belalang, daging ayam, telur, tepung tapioka, tepung mayzena, minyak goreng, merica, garam, soda kue, bawang putih, bawang merah, penyedap rasa, saus, air.
Sarana
Sepeda motor
Prasarana
Bensin

D.           Rekapitulasi Rancangan dan Realisasi Biaya
No
Komponen
jumlah
Harga satuan ( Rp)
Total biaya ( Rp )
Pembiayaan
1
bensin
2 liter
6500
13.000
Iuran kelompok
2
belalang
250 gr
15.000
30.000
3
Daging ayam
1 kg
50.000
50.000
4
Telur
10 butir
1.000
10.000
5
Tepung Tapioka
2 bungkus (2 kg)
6.200
12.400
6
Tepung mayzena
1 bungkus (200 gr)
8.000
8.000
7
Minyak
2 liter
11.300
22.600
8
Bawang putih
¼ kg
3000
3000
8
Bawang merah
¼ kg
7500
7500
9
Merica Halus
1 bungkus ( 50 gr )
6100
6100
10
Garam
1 bungkus ( 200 gr )
800
800
11
Penyedap rasa
1 bungkus 50 gr
1800
1800
12
Saus
1 botol 340 ml
7300
7300
13
Soda kue
1 bungkus
2000
2000
14
Pembungkus mika besar
3 pack (@10 )
2500
7500
15
Tusuk gigi
1 set
1800
1800
16
Plastik 0,25 kg
1 set
3300
3300
17
Poster
1 lembar
5000
5000
Sub total
192.100


V.      HASIL DAN PEMBAHASAN

A.           Hasil
Produk berupa bakso goreng yang bernama Bakso Belay ini diambil dari kata Belalang-Ayam. Penjualan dilakukan di Kampus 2 Gedung Tomas Aquinas Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Penjual menawarkan produk ke kantor-kantor yang ada di kampus 2 dan juga diedarkan ke semua mahasiswa dari lantai dasar sampai lantai 4.  Tanggapan konsumen bermacam-macam dan sebagian besar merupakan kritik dan juga saran atas Bakso Belay. Ada konsumen yang mengatakan bahwa rasa dari bakso goreng itu sudah enak tetapi tekstur masih harus diperbaiki, ada juga yang mengatakan bahwa rasa maupun tekstur masih kurang memuaskan. Dan saran dari sebagian besar konsumen adalah supaya penambahan dan pencampuran bumbu harus diperhatikan agar menghasilkan rasa yang nikmat dan tekstur yang bagus.
B.            Pembahasan
Produk untuk penjualan hari pertama pada hari Senin, 25 November 2013 mempunyai rasa yang sudah enak tetapi memiliki tekstur yang kurang baik karena adanya kesalahan pada saat pembuatan bakso. Pembuatan bakso yang seharusnya dilakukan satu waktu antara membuat adonan dengan menggoreng, tetapi kami membuat adonan pada malam hari dan menggorengnya pada keesokan harinya, dan itu membuat bakso tidak bisa mengembang dengan baik dan menghasilkan tekstur yang kurang baik juga. Karena adanya rasa pesimis dalam diri kami saat melihat produk kami itu, maka kami berfikir untuk menjualkan produk kami, dengan harga yang cukup murah dengan pertimbangan supaya produk kami bisa laku. Tetapi ternyata dengan menjual produk kami dengan harga yang murah maka kami rugi. Jadi untuk penjualan hari pertama kami mengalami kerugian ± 50%.
Kemudian produk untuk penjualan hari kedua pada hari Jumat, 29 November 2013 menghasilkan produk yang jauh lebih baik daripada hari pertama. Kami berusaha memperbaiki kesalahan-kesalahan pada saat pembuatan hari pertama, meskipun masih ada sedikit kekurangan dalam produk kami yang kedua, yaitu tekstur untuk bakso yang bagian luar terlalu keras, hal itu disebabkan karena waktu pendiaman adonan kurang lama, sehingga bumbu pada adonan tidak tercampur secara merata. Pada hari kedua penjualan produk kami ini, kami memilih untuk menaikkan harga sehingga pada hasilnya kami memperoleh keuntungan yang cukup untuk menutupi modal awal kami.



VI.             SIMPULAN DAN SARAN

Menurut kami, kegiatan ini sangat berkesan, karena kita dapat belajar bagaimana cara untuk berwirausaha dengan baik. Kegiatan ini juga mengajarkan kami, bahwa segala sesuatu itu ada resikonya, dalam berwirausaha ada yang disebut untung dan rugi, kita hanya harus mempersiapkan diri dalam menghadapi segala resiko yang akan terjadi itu. Ada juga banyak hal yang kami alami dan rasakan dari awal kegiatan ini hingga selesainya.  Kegiatan ini juga membantu kami berfikir lebih kreatif terhadap sumber daya alam untuk dijadikan suatu produk baru yang unik dan bernilai gizi tinggi.


VII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Mengurai Kandungan Gizi Daging Ayam. http://sumber-protein.blogspot.com / 2012/12/mengurai-kandungan-gizi-daging-ayam.html (23 November 2013 )

Candra, A. 2012. Jangan Sepelekan Kandungan Gizi Belalang . http://health.kompas.com /read/ 2012/11/06/06393161/ Jangan.Sepelekan.Kandungan.Gizi.Belalang (23 November 2013 )


 

LAMPIRAN

IMG_20131128_172248.jpgphoto0296.jpgphoto0297.jpg
Gambar 1. Belalang                Gambar 2. Bahan                    Gambar 3. Alat
IMG_20131124_205416.jpgIMG_20131125_055702.jpgphoto0300.jpg
Gambar 4. Adonan                 Gambar 5. Bakso yang            Gambar 6. Saos
      telah di goreng
photo0303.jpgphoto0304.jpgphoto0302.jpg
Gambar 7. Konsumen        Gambar 8. Sedang menawarkan     Gambar 9. Konsumen
                                             Produk kepada konsumen
Publication4.jpg



Gambar 10. Brosur Bakso BelAy
Perhitungan Harga Jual

Penjualan pertama, senin 25 November 2013
terjual
= 7 butir x 31 kemasan
= 217 butir bakso
Untuk tester
= 10 butir
Untuk percobaan
= 3 butir
Total produk
=230 butir bakso
Harga Jual
= Rp. 3.000,00 x 31 kemasan
Total perolehan
= Rp 93.000,00

Penjualan kedua, jumat 29 November 2013
Produk terjual :

a. Kemasan Kecil
= 6 butir x 19 kemasan
= 114 butir
b. Kemasan Besar
= 8 butir x 8 kemasan
=64 butir
Untuk percobaan
= 3 butir
Untuk Tester
= 7 Butir
Total produk
188 butir bakso
Harga Jual :

a. kemasan besar

= 8 kemasan x Rp 5.000,00
= Rp 40.000,00
b. kemasan kecil
=19 kemasan x Rp 4.000,00
= Rp 76.000,00
Total Perolehan
Rp 116.000,00

Ø Total pendapatan penjualan hari pertama dan kedua = Rp 93.000,00 + Rp 116.000,00
                                                                                                 = Rp 209.000,00

Ø Keuntungan yang diperoleh  = pendapatan – modal awal
= Rp 209.000,00 – Rp 192.100,00
= Rp 16.900,00